Kemarau panjang yang terjadi di kawasan Lamongan, menyebabkan petani mengalami gagal panen. Kondisi tersebut, membuat harga beras di pasaran mencapai Rp. 8.500/Kg. Sementara stok bulog sendiri hanya mencukupi hingga bulan oktober dan terpaksa mendatangkan beras impor untuk raskin hingga bulan pebruari mendatang.
Kabupaten Lamongan, yang pernah menduduki sebagai kabupaten yang mengalami surplus beras se jawa timur, kini hanya isapan jempol. Setelah petani diguncang dengan adanya hama wereng, kini diperparah dengan krisis air yang membuat mereka mengalami gagal panen untuk kesekian kalinya.
Kondisi tersebut, membuat harga beras terus mengalami lonjakan. Di pasar tradisional Sidoharjo Lamongan misalnya, harga beras IR-64 mencapai Rp. 8.500/ Kg. Sementara harga beras sedangpun mengalami lonjakan hingga Rp. 8.000/ Kg. Sedang beras kualitas rendah yang umumnya untuk sembako berkisar antara Rp. 7.000 hingga Rp. 7.500/ Kg-nya.
Hal itu, diungkapkan oleh Mahfudin, salah satu pedagang beras. Menurutnya, melejitnya harga beras di Lamongan ini, diakibatkan para petani mengalami gagal panen sehingga harus mendatangkan beras dari luar Lamongan.
Sementara itu, langkanya beras di kalangan petani akibat gagal panen, membuat stog beras yang berada di gudang bulog Lamongan hanya mencukupi untuk program raskin bulan oktober saja.
Untuk menutup kebutuhan raskin selama lima bulan ke depan, bulog Lamongan khususnya, terpaksa mendatangkan beras impor dari vietnam, yang rencananya akan digelontorkan akhir bulan oktober mendatang. Hal itu, diungkapkan oleh Husni Tamrin, pengawas raskin untuk kabupaten Lamongan.
Saat ini, dalam satu bulanya, gudang bulog Lamongan dan gudang bulog babat mendistribusikan jatah beras untuk warga miskin sebanyak 1.270.410 Kg yang diberikan kepada 84.694 keluarga miskin di Lamongan.
0 komentar:
Posting Komentar