Ratusan warga di pesisir pantai utara lamongan, khususnya warga desa pananjan, kecamatan paciran, kabupaten lamongan, merayakan hari raya ketupat dengan menggelar napak tilas prosesi pesta ketupat era sunan drajat.
Pesta tradisi ketupat yang dilaksanakan selasa siang ini, diawali dengan kereta kuda yang membawa tumpeng, sementara empat tokoh agama lainnya, menyusul yang juga membawa dua tumpeng yang dipanggul. Sementara, ratusan warga lainnya berada di belakang sambil mengenakan pakaian adat tradisional jawa.
Mereka berjalan beriringan dan berarak-arakan membawa ketupat, tumpeng, dan makanan tradisional menuju pantai utara jawa di sekitar tanjung kodok. Arak-arakan warga yang dimulai dari gua maharani diiringi musik tanjidor dan rebana yang diperankan lelaki sambil melantunkan shalawat nabi.
Tanjung kodok, dulunya merupakan tempat sunan drajat dan sunan sendang duwur menyambut tamu, rombongan mbok rondo mantingan asal rembang, jawa tengah. Mbok rondo mantingan saat itu menyumbang kayu untuk pembangunan masjid sunan sendang duwur.
Sesampainya di tanjung kodok, ratusan warga inipun, lantas mengumpulkan tumpeng, ketupat, serta makanan tradisional jawa lainnya, untuk nantinya disantap bersama-sama.
Sembari menunggu renungan ketupatan, ratusan warga inipun dihibur dengan musik karawitan serta sinden yang membawakan gending-gending khusus peninggalan sunan ampel dan sunan kalijaga, di antaranya gending ler-iler.
Ki Rejo, tokoh masyarakat setempat, menegaskan, selain melestarikan tradisi peninggalan para sunan, pesta ketupat ini, bertujuan untuk menyambung tali silaturahmi antara warga satu dengan yang lain usai merayakan hari raya idul fitri.
Usai doa bersama, ratusan warga ini pun menyantap ketupat atau bahasa jawa kupat dan lepet. Kupat dan lepet yang dibuat dari anyaman janur (daun kelapa muda) atau dililit melambangkan larangan terhadap sejumlah perbuatan dosa yang dilarang agama, serta anjuran mempererat persaudaraan antar umat islam.
0 komentar:
Posting Komentar